Tampilkan postingan dengan label Sunda. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sunda. Tampilkan semua postingan

Kamis, 14 Maret 2013

Sule Wajibkan Anak-anak Bicara dengan Bahasa Sunda di Rumah




Sule Wajibkan Anak-anak Bicara dengan Bahasa Sunda di Rumah
Sule Wajibkan Anak-anak Bicara dengan Bahasa Sunda di Rumah





komedian sule dikenal sebagai sosok yang selalu menerapkan bahasa sunda dalam karya-karyanya.
ia juga ternyata mewajibkan anak-anak bicara dengan bahasa tersebut.
"kalau di rumah pakai bahasa sunda dibiasakan.
tapi pakai bahasa indonesia juga, kan penting juga harus balance," ungkap personel opera van java (ovj) trans7 itu saat ditemui di kawasan jakarta barat, kamis (14/3/2013).
kecintaan sule terhadap budaya daerah memang tak perlu diragukan lagi.
ia pun menyesalkan ada beberapa sekolah yang justru menghilangkan muatan lokal dari mata pelajarannya.
"sekarang ada di daerah di sekolahnya itu muatan lokalnya dicabut.
malah seharusnya justru diciptain," sesalnya.
meski begitu ia juga mengaku mengarahkan anak-anaknya untuk belajar bahasa inggris.
menurutnya, bahasa adalah salah satu hal yang penting bagi masa depan mereka.
"saya juga suruh belajar bahasa inggris, kan penting banget di international.
jadi pengusaha misalnya di luar negeri," tuturnya.

(nu2/nu2)
Sumber: hot[dot]detik[dot]com

Jumat, 01 Februari 2013

Drama Musikal Sang Kuriang : Legenda Sunda dalam Cita Rasa Gothic




Drama Musikal  Sang Kuriang : Legenda Sunda dalam Cita Rasa Gothic
Drama Musikal Sang Kuriang : Legenda Sunda dalam Cita Rasa Gothic





darah 'lah tertumpah / mari kita... / memestakan pembunuhnya!
itulah nyanyian sukacita para siluman penghuni hutan, setelah menyaksikan sang kuriang membunuh tumang, lelaki buruk rupa lagi bungkuk dan pincang. tragisnya, hal itu terjadi setelah sang kuriang mengetahui bahwa tumang tak lain ayahnya sendiri!
rahasia itu baru saja diungkap oleh sang ibu, dayang sumbi. dan, lebih tragisnya lagi, setelah membunuh ayahnya, sang kuriang kemudian juga meragukan bahwa dayang sumbi adalah ibu kandungnya. memangnya, siapa yang menyaksikan ketika dayang sumbi melahirkan, demikian gugat sang kuriang.legenda populer yang kelam dari tanah sunda itu akan dipentaskan oleh paduan suara universitas parahyangan (unpar), bandung di teater jakarta mulai jumat (1/2/2013). menggunakan libretto (naskah musikal) karya sastrawan utuy tatang sontani (meninggal pada 1979), pementasan drama musikal 'sang kuriang' tersebut nyatanya terasa tetap aktual dan modern.pada versi utuy, cerita rakyat tersebut memang lebih sederhana dibanding versi 'asli' yang dikenal secara turun-temurun. layaknya sastra lama pada umumnya, kisah sangkuriang sebenarnya bersifat "istana sentris". namun, utuy mengeluarkannya dari kungkungan dinding kerajaan, dan menjadikannya sebuah cerita yang lebih universal.di tangan utuy, seluruh kejadian dalam 'sang kuriang' berlangsung di desa, dan dayang sumbi tidak lari menghilang. selain itu, si tumang juga bukan anjing seperti dalam versi tradisional, serta sangkuriang tidak menendang perahu menjadi gunung. utuy juga sengaja memberi judul naskahnya 'sang kuriang' (bukan sangkuriang), yang dimaksudkan sebagai 'sang dewata'.tentu saja, atmosfer modern tak hanya lahir dari tokoh dan alur cerita yang berbeda dari versi tradisional. melainkan, bingkai musik yang dikerjakan oleh avip priatna dan dian hp, serta tata artistik panggung (sunaryo) dan kostum (deden siswanto) juga memberi sumbangan besar menjadikan naskah dari khasanah lama itu begitu menarik. sutradara wawan sofyan, bekerja sama dengan koreografer rachmayati nilakoesoemah, berhasil mengarahkan 'sang kuriang' menjadi padu-padat dan to the point, tanpa kehilangan unsur-unsur dramatiknya yang mampu memainkan emosi penonton. namun, bila dengan durasi 1,5 jam pertunjukan ini terasa begitu singkat, pujian khusus tentu saja ditujukan kepada dua aktor utamanya.vokal yang indah dan prima dari sita nursanti sebagai dayang sumbi, dan farman purnama (bergantian dengan gebriel harvianto) sebagai sang kuriang begitu membuai dan menghanyutkan. dengan hampir seluruh dialog dilantunkan dalam nyanyian, ekspresi vokal mereka mampu memberi tekanan-tekanan tertentu pada tiap adegan. sehingga penonton bisa merasakan, misalnya kegilaan sang kuriang yang meminang ibunya sendiri, atau ketakutan dayang sumbi bahwa anaknya itu mampu memenuhi syarat untuk menyediakan telaga dan perahu sebelum fajar tiba.kekompakan dan harmonisasi vokal paduan suara pada adegan-adegan yang menampilkan para siluman memberi kekuatan tersendiri pada pementasan tersebut. secara umum, atmosfer gothic jadi terasa menyelimuti, dengan daya cekam yang memuncak ketika dipadukan dengan tembang sunda pada adegan kematian. sebagai pentas yang tujuan utamanya merupakan bagian dari rangkaian perayaan 50 tahun paduan suara unpar, drama musikal 'sang kuriang' punya kelas tersendiri.
di tengah kenikmatan pada visualisasi yang serba minimalis namun memikat, jangan lupa untuk mencermati lirik-lirik yang dilantunkan dalam nyanyian, yang mengandung berbagai renungan tentang hakikat kebenaran dan eksistensi manusia. pertunjukan yang disponsori oleh djarum apresiasi budaya tersebut dijual dengan harga tiket beragam, dari rp 100 ribu hingga rp 1 juta. selama 3 hari hingga minggu (3/2/2013), pertunjukan digelar 2 kali per harinya, yakni setiap pukul 16.00 dan 20.00 wib.
(mmu/mmu)
sumber: lensa-berita.blogspot.com